Potret Itu, Gelas Itu, Pakaian Itu itulah judul dari cerpen Budi Darma yang masuk dalam buku kumpulan cerpen Kritikus Adinan bagi saya Budi Darma itu seorang pengarang yang lihai dalam menangkap hal-hal ganjil di dunia. Penggambarannya sungguh detail sehingga membacanya memperluas penceritaan. Potret Itu, Gelas Itu, Pakaian itu menceritakan tentang seorang wanita dan pria kurus tinggi di sebuah kamar, kamar itu dipenuhi oleh buku-buku dan gelas yang tertata rapih. Di lemari itu digambarkan penuh dengan pakaian dalam lelaki jyang berserakan darah
Diceritakan lelaki itu bernasib malang karena mati mengidap
kanker sebenarnya hal itu tidak benar terjadi. Perempuan itu masih menyimpan
gelas peninggalannya karena sering digunakan untuk minum kadang ketika rindu
gelas itu diciumnya atau kadang dilumat sama seperti saat lelaki kurus itu
mencium bibirnya berbicara pada payudaranya juga memuji tubuhnya yang berbeda
dengan wanita-wanita lainnya.
Karakter wanita disini punya kebiasaan mencium bagian
kakinya. Potret di sini dicertakan tentang anak kecil yang memotret lelaki itu
yang ada kaitannya dengan kematiannya. Anak kecil ini mungkin saja ada hubungan
darah dengan lelaki kurus itu. Semua ceritanya ini diceritakan pada sosok
lelaki misterius.
Budi Darma juga turut menyertakan bahwa kekacauan dunia itu
semua karena wanita, wanita tercipta untuk memenuhi hasrat lelaki begitu juga
lelaki untuk memenuhi hasrat wanita. Pernah terjadi perang perang di dunia sebabnya
karena wanita, kaum nabi luth hancur karena istirnya tidak mengikuti nasehat
suaminya.
Hal yang ganjil dalam cerpen ini di rumah tokoh perempuan
tidak ada sama sekali air sehingga untuk minum harus menimba dulu dari sumur.
Konon lelaki itu dibunuh di sumur. Kurang lebih cerpen ini mengangkat tentang
kenang-kenangan tentang suatu barang
Cerpen kedua Budi Darma yang saya baca berjudul Salipan dari
judulnya sudah jelas karakter berpusat pada sosok Salipan. Salipan adalah
seorang suami yang belum punya anak yang istrinya berselingkuh. Salipan sering
pergi ke toko buku langganannya dalam kondisi apa pun. Penjual buku itu sampai
sudah tahu kedatangan Salipan di toko. Kedatangannya langsung disodori buku dan
majalah yang memuat cover teman sendirinya.
Di majalah itu salipan melihat istrinya dan Tantowi, Tantowi
disini punya hubungan dekat dengan istrinya. Saking dekatnya sudah tidak ada
batasan lagi perselingkuhan mereka berdua. Entah kenapa Salipan tidak
menceraikan istrinya itu.
Salipan pergi dari toko buku menuju di taman, dia bertemu
pak tua yang memberinya banyak pertanyaan kenapa sering datang ke taman sendiri
bukannya bekerja. Dia tidak menjawab apa-apa hanya pergi meninggalkan pak tua
itu. Sepulang dari taman ada pertengkaran batin yang membuatnya harus mengambil
tindakan nekat. Di kamarnya sendiri dia memecahkan botol kaca lalu membakar
kasur sehingga terjadi kebakaran.
Suara-suara yang terdengar dari kamar mengagetkan Tantowi
dan istirnya. Kedudanya sudah tidak peduli lagi pada Salipan yang mati
tergeletak di kamar. Malah mereka pergi ke kamar mandi untuk mandi bersama di
Jacuzzi berdasarkan kesepakatan keduanya.
Cerpen Salipan mengajarkan tentang perselingkuhan dalam sebuah hubungan muncul dari hal yang terdekat. Dengan tanda-tanda yang ditunjukan dengan saling berpegangan tangan. Sosok Salipan di sini digambarkan sebagai suami yang pasrah akan keadaan serta menerima kenyataan kalau istrinya berselingkuh dengan Tantowi.